Pages

Recomended

Senin, 28 Maret 2011

Curug Winong, Air Terjun tersembunyi

Menurut cerita  dari mulut kemulut dan atau kepercayaan orang dusun Temanggung Desa Winongsari Kecamatan  Kaliwiro Kabupaten Wonosobo bahwa  curug Winong ada yang menghuni namanya Eyang Kertasuta. Selanjutnya diceritakan bahwa Eyang Kertasuta adalah seorang yang mempunyai kesaktian. Dimasa hidupnya ia suka bertapa di pertapaan curug Winong. Karena kesaktiannya  beliau sering dimintai pertolongan oleh warga dusun Temanggung Winongsari untuk meminjam seperangkat gamelan milik makhluk halus yang berada di watu kelir. Watu kelir adalah batu besar  yang terletak di dekat curug berbentuk panjang dan lebar seperti kelir wayang kulit. Di kanan kiri batu itu ada pohon seperti tiang kelir ( kain rentang untuk pertunjukan wayang kulit) namanya  Wunung. Pohon ini termasuk tumbuhan langka.



Diceritakan pada zaman dahulu jika dusun Temanggung Winongsari mengadakan selamatan dusun disertai hiburan seni tayub pasti meminjam seperangkat gamelan misteri dari watu kelir itu. Gamelan itu tak tampak namun jika Eyang Kertasuta yang meminjam, konon gamelan itu tampak dan bisa digunakan sebagaimana gamelan biasa.
    Menurut cerita Bapak Darso Wikromo/Bapak Aliasmo yang diteruskan kepada Bapak Dartono dan kemudian diceritakan kembali kepada Bapak Sartopawiro menceritakan bahwa pada zaman dahulu jika malam selasa Kliwon dan malam Jum’at Kliwon orang – orang dusun Temanggung  sering mendengar sayup-sayup suara gamelan yang bersal dari watu kelir seperti ada pertunjukan wayang kulit. Dan konon salah satu penabuh gamelan berasal dari dusun Temanggung Winongsari. Sehubungan dengan penabuh yang bersal dari Temanggung kisanya adalah sebagai berikut.
     Ada seorang pemuda   pekerjaannya menggembala kerbau. Konon ketika ia tengah menggembala kerbau seperti biasanya tiba –tiba turun hujan. Kemudian ia berteduh di gubug dekat curug itu. Selama berteduh ia menghibur diri dengan cara bersenandung menirukan suara gamelan untuk pertunjukan wayang kulit dan juga menirukan dalang dalam mendalang (sulukan, antawecana, pocapan dsb).Tak terasa pemuda itu dalam bersenandung hingga sore hari menjelang surya tenggelam di ufuk barat. Ketika ia pulang terterjang banjir untuk menyelamatkan diri ia naik kerbau itu seraya berpegangan ekor kerbau. Walau dengan segala upaya  untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan menimpa pemuda itu namun suratan Tuhan mengatakan lain bahwa pemuda itu akhirnya  tenggelam hanyut ditelan ganasnya banjir. Atas kejadian itu orang Temanggung Winongsari percaya bahwa pemuda itu menjadi penghuni watu kelir dan menjadi penabuh gamelan misterius.
      Seperti yang telah diceritakan di atas bahwa  gamelan watu kelir bisa dipinjam dengan syarat tertentu. Selanjutnya diceritakan ketika gamelan itu sedang digunakan untuk pertunjukan ada salah seorang yang berwatak jahil hingga menodahi salah satu perangkat gamelan dengan “enjet”(batu kapur lembek).
tunggu...kelanjutanya.....

0 komentar:

Posting Komentar