Diceritakan pada zaman dahulu jika dusun Temanggung Winongsari mengadakan selamatan dusun disertai hiburan seni tayub pasti meminjam seperangkat gamelan misteri dari watu kelir itu. Gamelan itu tak tampak namun jika Eyang Kertasuta yang meminjam, konon gamelan itu tampak dan bisa digunakan sebagaimana gamelan biasa.
Menurut cerita Bapak Darso Wikromo/Bapak Aliasmo yang diteruskan kepada Bapak Dartono dan kemudian diceritakan kembali kepada Bapak Sartopawiro menceritakan bahwa pada zaman dahulu jika malam selasa Kliwon dan malam Jum’at Kliwon orang – orang dusun Temanggung sering mendengar sayup-sayup suara gamelan yang bersal dari watu kelir seperti ada pertunjukan wayang kulit. Dan konon salah satu penabuh gamelan berasal dari dusun Temanggung Winongsari. Sehubungan dengan penabuh yang bersal dari Temanggung kisanya adalah sebagai berikut.
Ada seorang pemuda pekerjaannya menggembala kerbau. Konon ketika ia tengah menggembala kerbau seperti biasanya tiba –tiba turun hujan. Kemudian ia berteduh di gubug dekat curug itu. Selama berteduh ia menghibur diri dengan cara bersenandung menirukan suara gamelan untuk pertunjukan wayang kulit dan juga menirukan dalang dalam mendalang (sulukan, antawecana, pocapan dsb).Tak terasa pemuda itu dalam bersenandung hingga sore hari menjelang surya tenggelam di ufuk barat. Ketika ia pulang terterjang banjir untuk menyelamatkan diri ia naik kerbau itu seraya berpegangan ekor kerbau. Walau dengan segala upaya untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan menimpa pemuda itu namun suratan Tuhan mengatakan lain bahwa pemuda itu akhirnya tenggelam hanyut ditelan ganasnya banjir. Atas kejadian itu orang Temanggung Winongsari percaya bahwa pemuda itu menjadi penghuni watu kelir dan menjadi penabuh gamelan misterius.
Seperti yang telah diceritakan di atas bahwa gamelan watu kelir bisa dipinjam dengan syarat tertentu. Selanjutnya diceritakan ketika gamelan itu sedang digunakan untuk pertunjukan ada salah seorang yang berwatak jahil hingga menodahi salah satu perangkat gamelan dengan “enjet”(batu kapur lembek).
tunggu...kelanjutanya.....
1 komentar:
Saya baru saja berkunungke curug winong tepat tgl 29/12/24 tptnya minggu kliwon...dari awal perjalann saya melihat wisata wtu kelir dan selalu menoleh nmun krena aku ber2 jdi lnjut ke curug winong dstu ada pohon besar berakah mukin phon winong...aku merasa tertarik begitu mau menginjakan kakinke batu besar depan curug aku teringat untuk mngucap sallam dan berdoa namun entah knpa tiba2 aku teringat sprti mimpi yng prnh aku kunjungi...bigitu di atas aku merasakan hawa tenang dan merasa batu ini tmpt semedi ...begitu bnyk kisah lagi aku berada disitu cuman aku tak ingin kisah ini tau jadi hanya ku pendam dan perkara mitos atau tidaknya itu tergantung masing2...intinya dimanapun berada selalu ucap sallam dan berdoa karena hari apes tidak ada yng tau ...maaf bila komen saya kurang berkenan ini hanya seputar kisahku saat mngunjungi curug winong untuk mengambil vidwo /konten terima kasih sudah mmbca
Posting Komentar